IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK
DI SEKOLAH DASAR
Oleh :
Nama :
Sutiyono, S.Pd.SD
NIP :
19640513 198608 1 001
Email : sutiyono459@yahoo.com
UPT PENDIDIKAN
KECAMATAN GEBOG
DINAS PENDIDIKAN
PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN KUDUS
PROVINSI JAWA
TENGAH
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR
Sutiyono, S.Pd.SD - SD 2 Besito Gebog Kudus
Abstract: Thematic Learning is integrated
learning that uses themes to relate some of the subjects so as to provide
meaningful experiences to students. Characteristics of thematic learning,
namely: student-centered, giving students hands-on experience, the separation
between the subject does not appear, presenting the concept of different
subjects in a learning process., Flexible, learning outcomes developed in
accordance with the interests and needs of students. The foundation of thematic
learning there are three, namely: philosophical, psychological, and legal. The
principle of thematic learning is integrated with the environment, the form is
designed so that students learn to find a theme, and efficiency. Excess
thematic learning, namely: fun, give experience, learning outcomes can be
long-lasting, memorable, and meaningful, children develop thinking skills,
develop social skills, cultivate an attitude of tolerance, communication, and
responsiveness, presents activities that are real. Implementation of thematic
learning in primary schools through the following stages: planning includes
mapping KD, determining the theme, indicator analysis, determining the network
theme, syllabus, and the preparation of lesson plans, implementation /
execution of the steps of learning; preliminary activities, core, and final
evaluation / assessment. Thematic learning assessment system is the evaluation
process and results. Assessment tool that is used in the form of tests and
non-test, which include: written, oral, deeds, records student progress,
portfolios. This
assessment is no longer unified by the theme, but separate suit basic
competencies, learning outcomes, and indicators of subjects, so the final grade
on Student Results Report (LHBS) or report card is returned to the competence
of the subjects.
Keywords: Thematic, characteristic, foundation, principles, advantages, implementation, assessment
Keywords: Thematic, characteristic, foundation, principles, advantages, implementation, assessment
Abstrak: Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Karakteristik
pembelajaran tematik yaitu: berpusat pada siswa,
memberikan pengalaman langsung kepada siswa, pemisahan antar mata pelajaran
tidak nampak, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran., fleksibel, hasil pembelajaran berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa. Landasan pembelajaran tematik ada tiga, yaitu: filosofis, psychologis,
dan yuridis. Prinsip
pembelajaran tematik adalah terintegrasi dengan
lingkungan, bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan efisiensi. Kelebihan pembelajaran tematik, yaitu: menyenangkan, memberikan pengalaman, hasil belajar dapat
bertahan lama, berkesan, dan bermakna, mengembangkan keterampilan berfikir
anak, menumbuhkan keterampilan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, komunikasi,
dan tanggap, menyajikan kegiatan yang bersifat nyata. Implementasi pembelajaran tematik di sekolah
dasar dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: perencanaan
meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis indikator, penetapan jaringan
tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP, penerapan/pelaksanaan
pembelajaran dengan langkah-langkah; kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir, evaluasi/penilaian.
Sistem penilaian pembelajaran tematik
adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang digunakan berupa tes dan non tes, yang meliputi;
tertulis, lisan, perbuatan, catatan perkembangan siswa, portofolio. Penilaian
ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi terpisah sesuai kompetensi dasar,
hasil belajar, dan indikator mata pelajaran, sehingga nilai akhir pada Laporan
Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau rapor dikembalikan pada kompetensi mata
pelajaran.
Kata kunci: Tematik, karaktersitik, landasan, prinsip, kelebihan, implementasi,
penilaian
PENDAHULUAN
Peserta didik sekolah dasar
kelas awal, yaitu kelas I, II, dan III berada pada rentang usia dini. Masa usia
dini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi kehidupan
seseorang, karena pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu
didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Pada usia dini tersebut, berbagai
kecerdasannya seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat pesat, dan
tingkat perkembangannya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(holistik), serta memahami hubungan antar konsep secara sederhana. Proses
pembelajaran masih bergantung kepada objek kongkret dan pengalaman langsung.
Piaget (1950) menyatakan bahwa
setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi
dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak
memiliki struktur kognitif yang disebut schemata
yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap
objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman terhadap objek tersebut
berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan
objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk
menafsirkan objek). Jika kedua proses tersebut berlangsung terus-menerus, akan
membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang, sehingga secara
bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi diri anak dengan
lingkungannya.
Anak usia sekolah dasar berada
pada tahapan operasional kongkret dan perilaku belajarnya, (1) mulai memandang
dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek ke aspek lain secara reflektif
dan serentak, (2) mulai berpikir secara operasional, (3) berpikir operasional
untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) membentuk dan mempergunakan
keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana dan mempergunakan
hubungan sebab akibat, (5) memahami konsep substansi, volume, panjang, lebar,
luas, dan berat. Ciri belajar anak usia sekolah dasar adalah, (1) kongkret (dapat
dilihat, didengar, dibau, dikecap, diraba, dan diotak-atik), (2) integratif
(segala sesuatu dipandang sebagai satu keutuhan), (3) hierarkis (urut, logis,
keterkaitan antar materi, cakupan keluasan dan kedalaman materi).
Belajar adalah proses
perubahan di dalam kepribadian berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan
kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Pembelajaran adalah suatu proses
interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan
guru/pendidik.
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu
proses pengkaitan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Proses belajar tidak sekedar menghafal
konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan
konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang
dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Belajar akan
lebih bermakna apabila anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan
mengaktifkan lebih banyak indera secara utuh, dari pada hanya mendengarkan
penjelasan guru saja dan secara terpisah-pisah. Oleh karena itu, pembelajaran
yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah pada kelas awal, akan
menyebabkan kurang berkembangnya berpikir holistik dan membuat kesulitan dalam
memahami konsep, sehingga berdampak pada tingginya angka mengulang kelas dan
angka putus sekolah pada kelas awal tersebut.
Atas dasar pemikiran tersebut,
maka pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak pada kelas awal
adalah pembelajaran yang dikelola secara terpadu melalui pendekatan tematik.
PEMBAHASAN
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu
yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu
kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran
dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6)
menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran,
serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Poerwadarminta (1984:
1.040) Tema
adalah pokok pikiran; dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar
mengarang, mengarang sajak, dsb).
Pembelajaran tematik adalah
pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya
tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air”
dapat ditinjau dari mata pelajaran IPA dan Matematika.
Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, Bahasa Indonesia, Penjasorkes, dan SBK. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan
kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada
siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah
epitome dari seluruh bahasa
pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif
menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu
dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka.
Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik, yaitu: (1) pembelajaran tematik dimaksudkan
agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan utuh, (2) dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan alokasi waktu untuk
setiap topik, banyak sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan, (3) pilihlah
tema yang terdekat dengan siswa, (4) lebih mengutamakan kompetensi dasar yang
akan dicapai dari tema tersebut.
Pemilihan tema
dalam pembelajaran tematik dapat berasal dari guru dan siswa. Pada umumnya guru
memilih tema dasar dan siswa menentukan unit temanya. Tema juga dapat dipilih
berdasarkan pertimbangan konsensus antar siswa.
Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan
bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi
padatnya materi kurikulum. Di samping itu pembelajaran tematik akan memberi
peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada
partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran
ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek
belajar mengajar. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by
doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman
belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa.
Pembelajaran tematik memiliki
ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut: (1) berpusat pada siswa, (2) memberikan
pengalaman langsung kepada siswa, (3) pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak,
(4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran., (5) bersifat luwes (fleksibel), (6) hasil pembelajaran dapat
berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
Yang
dijadikan landasan dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar adalah: (1) aliran progresivisme yang
memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas,
pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan
pengalaman siswa, (2) aliran konstruktivisme yang melihat pengalaman langsung
siswa (direct experiences) sebagai
kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil
konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui
interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak
dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu
yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus.
Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam
perkembangan pengetahuannya, (3) aliran humanisme yang melihat
siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang
dimilikinya, (4) landasan psikologis, dalam pembelajaran tematik terutama
berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi
pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan
kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar
memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik
tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus
mempelajarinya, (5) landasan yuridis, yaitu UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9) dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap
satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
Dalam menerapkan dan
melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu: (1) bersifat kontekstual
atau terintegrasi dengan lingkungan, (2) bentuk belajar dirancang agar siswa
menemukan tema, dan (3) efisiensi.
Menurut Kunandar
(2007) pembelajaran tematik memiliki kelebihan yaitu: (1) menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan
peserta didik, (2) memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar
yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik, (3) hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan
bermakna, (4) mengembangkan keterampilan berfikir anak didik
sesuai dengan persoalan yang dihadapi, (5) menumbuhkan
keterampilan sosial melalui kerja sama, (6) memiliki
sikap toleransi komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain, (7) menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan
persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Dengan tema
diharapkan akan memberikan keuntungan, di antaranya: (1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, (2) siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama, (3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan, (4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik
dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, (5) siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang
jelas, (6) siswa lebih bergairah belajar karena dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk memgembangkan suatu kemampuan dalam
satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, (7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang
disajikan dapat dipersiapkan sekaligus diberikan dalam dua atau tiga kali
pertemuan, sedangkan selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial dan
pengayaan.
Selain memiliki
kelebihan, pembelajaran tematik juga terdapat beberapa kelemahan yang ditimbulkannya.
Adapun kelemahan pembelajaran tematik
terjadi jika dilakukan oleh guru tunggal, misalnya
seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga guru akan merasa sulit untuk mengaitkan
tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran dan tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada
dalam mata pelajaran secara tepat. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
memiliki kompetensi dan keterampilan dalam melakukan perencanaan dan
pengelolaan pembelajaran tematik.
Pembelajaran
tematik di sekolah dasar merupakan suatu hal yang dapat dianggap relatif baru
dan pemahamannya oleh guru belum mendalam,
sehingga dalam implementasinya belum sesuai dengan yang diharapkan.
Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik
ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan secara
intensif tentang pembelajaran tematik
ini. Di samping itu juga guru masih sulit meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yang
penyajiannya berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.
Pelaksanaan
pembelajaran tematik di sekolah dasar pada saat ini difokuskan pada kelas awal yautu kelas I, II,
dan III atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong pada anak usia dini,
walaupun sebenarnya pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan di semua
kelas.
Implementasi
pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan sebagai berikut:
(1) perencanaan, (2) penerapan pembelajaran, (3) evaluasi. Dalam tahap
perencanaan pembelajaran tematik, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut: (a) perencanaan meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis
indikator, penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP.
Sedangkan dalam tahap penerapan/pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui
langkah-langkah kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir. Serta dalam tahap
evaluasi atau penilaian pembelajaran tematik
adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang digunakan berupa tes dan non tes,
yang meliputi; (1) tes tertulis, (2) tes lisan, (3) tes perbuatan, (4) catatan
perkembangan siswa, (5) portofolio. Penilaian ini tidak lagi terpadu melalui
tema, tetapi terpisah sesuai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator
mata pelajaran, sehingga nilai akhir pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS)
atau rapor dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pembahasan
tentang pembelajaran tematik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa; (2) Karakteristik pembelajaran tematik
yaitu: (a) berpusat pada siswa, (b) memberikan pengalaman
langsung kepada siswa, (c) pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak, (d)
menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran., (e) bersifat luwes (fleksibel), (f) hasil pembelajaran dapat
berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; (3) Landasan
pembelajaran tematik ada tiga, yaitu: (a) filosofis, (b) psychologis, dan (c)
yuridis; (4) Prinsip
pembelajaran tematik adalah (a) terintegrasi dengan lingkungan,
(b) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan (c) efisiensi; (5) Kelebihan pembelajaran tematik, yaitu: (a) menyenangkan, (b) memberikan pengalaman, (c) hasil
belajar dapat bertahan lama, berkesan, dan bermakna, (d) mengembangkan keterampilan
berfikir anak, (e) menumbuhkan keterampilan sosial, (f) menumbuhkan sikap
toleransi, komunikasi, dan tanggap, (g) menyajikan kegiatan yang bersifat nyata;
(6) Implementasi pembelajaran
tematik di sekolah dasar dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut: (a) perencanaan meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis
indikator, penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP, (b)
penerapan/pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah: kegiatan
pendahuluan, inti, dan akhir, (c) evaluasi/penilaian; (7) Sistem penilaian pembelajaran tematik adalah
penilaian proses dan hasil. Alat
penilaian yang digunakan berupa tes dan non tes, yang meliputi; (1) tes
tertulis, (2) tes lisan, (3) tes perbuatan, (4) catatan perkembangan siswa, (5)
portofolio. Penilaian ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi terpisah
sesuai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran, sehingga
nilai akhir pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau rapor dikembalikan
pada kompetensi mata pelajaran.
Berdasarkan
pembahasan dan simpulan tentang pembelajaran tematik, maka dapat disarankan
bahwa: (1) Guru harus kreatif dalam merencanakan dan mengelola pembelajaran,
sehingga pembelajaran tematik dapat berjalan sesuai yang diharapkan; (2) Siswa agar
selalu siap dan aktif dalam mengikuti pembelajaran tematik, sehingga memperoleh
hasil belajar yang bermakna; (3) Sekolah agar memfasilitasi dan menyediakan
berbagai sarana, prasarana, dan sumber belajar untuk kelangsungan pembelajaran
tematik.
Daftar
Pustaka
Depdiknas. 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas
Awal Sekolah Dasar. Jakarta: Puskur Balitbang.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif
dalam Kurikulum 2004. Malang: Bayumedia Publishing.
Undang-Undang No.23 Tahun
2002. Perlindungan Anak. Jakarta: Pemerintah RI.
Undang-Undang No. 20 Tahun
2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Pemerintah RI.
www.pppg tertulis.or.id.PembelajaranTematik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar